I. PENDAHULUAN
Adanya Israiliyat dalam kitab-kitab tafsir Al-qur’an merupakan realitas yang tidak dapat dipungkiri. Sejak periode tadwin sampai sekarang berpuluh-puluh macam kitab tafsir telah dihasilkan oleh para pengabdi Al-qur’an. Namun, sebagian besar didalamnya apa yang dikenal dengan istilah Israiliyat yang dianggap sebagai unsur-unsur yahudi dan Kristen dalam penafsiran Al-quran[1]
Untuk lebih memahami Israiliat dalam tafsir mari kita kaji bersama dari macam, dampak dan pandangan mufasir,
II. PEMBAHASAN
A. Pengertian Israiliyat
Israiliyat itu berasal dari bahasa Ibrani yang mengandung arti hamba (pilihan Allah SWT). Sedangkan secara istilah adalah sesuatu yang dikaitkan pada Israel, yaitu Ya’kub bin Ishaq bin Ibrahim[2].
Menurut Adz-dzahabi mufasir dari mesir, berpendapat bahwa israiliyat tidak hanya terbatas pada yahudi dan kebudayaan mereka, yang semuanya berpengaruh dalam penafsiran Al-Qur’an, lebih lanjut Adz-dzahabi mengatakan pemakaian kata israiliyat bukan hanya terkait dengan warna dan kebudayaan yahudi, tetapi juga warna dan kebudayaan Nasrani hal senada juga dikatakan oleh beliau M.Quraish Sihab yakni kebudayaan yahudi merupakan akar dari kebudayaan Nasrani. Kemudiaan menurutnya (Adz-dzahabi) pemakaian israiliyat hanyalah sekedar menunjukkan bahwa pada masa awalnya Islam banyak berhadapan dengan yahudi dimandingkan dengan Nasrani.
Karena itu orang Yahudi mempunyai kebudayaan agama yang merujuk pada kitab Taurat sebagaimana yang sudah diisyaratkan dalam Al-qur’an surat Al-maidah ayat 44 yaitu :
!$¯RÎ) $uZø9t“Rr& sp1u‘öqG9$# $pkŽÏù “W‰èd Ö‘qçRur 4 ãNä3øts† $pkÍ5 šcq–ŠÎ;¨Y9$# tûïÏ%©!$# (#qßJn=ó™r& tûïÏ%©#Ï9 (#rߊ$yd tbq–ŠÏY»/§9$#ur â‘$t6ômF{$#ur $yJÎ/ (#qÝàÏÿósçGó™$# `ÏB É=»tFÏ. «!$# (#qçR%Ÿ2ur Ïmø‹n=tã uä!#y‰pkà 4 Ÿxsù (#âqt±÷‚s? }¨$¨Y9$# Èböqt±÷z$#ur Ÿwur (#rçŽtIô±n@ ÓÉL»tƒ$t«Î/ $YYyJrO WxŠÎ=s% 4 `tBur óO©9 Oä3øts† !$yJÎ/ tAt“Rr& ª!$# y7Í´¯»s9'ré'sù ãNèd tbrãÏÿ»s3ø9$# ÇÍÍÈ
Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang dengan kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang menyerah diri kepada Allah, oleh orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta mereka, disebabkan mereka diperintahkan memelihara Kitab-Kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya. karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. dan janganlah kamu menukar ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit. Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, Maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir.
Begitu juga orang Nasrani yang merujuk pada kitab Injil yang sudah diisyaratkan dalam Al-qur’an surat Al-Hadit ayat 27 yaitu :
§NèO $uZøŠ¤ÿs% #’n?tã NÏdÌ»rO#uä $oYÎ=ß™ãÎ/ $uZøŠ¤ÿs%ur †|¤ŠÏèÎ/ Èûøó$# zOtƒötB çm»oY÷s?#uäur Ÿ@‹ÅgUM}$# $oYù=yèy_ur ’Îû É>qè=è% šúïÏ%©!$# çnqãèt7¨?$# Zpsùù&u‘ ZpuH÷qu‘ur ºp§‹ÏR$t6÷du‘ur $ydqããy‰tGö/$# $tB $yg»uZö;tGx. óOÎgøŠn=tæ žwÎ) uä!$tóÏGö/$# ÈbºuqôÊÍ‘ «!$# $yJsù $ydöqtãu‘ ¨,ym $ygÏFtƒ$tãÍ‘ ( $oY÷s?$t«sù tûïÏ%©!$# (#qãYtB#uä öNåk÷]ÏB óOèdtô_r& ( ׎ÏWx.ur öNåk÷]ÏiB tbqà)Å¡»sù ÇËÐÈ
kemudian Kami iringi di belakang mereka dengan Rasul-rasul Kami dan Kami iringi (pula) dengan Isa putra Maryam; dan Kami berikan kepadanya Injil dan Kami jadikan dalam hati orang- orang yang mengikutinya rasa santun dan kasih sayang. dan mereka mengada-adakan rahbaniyyah[1460] Padahal Kami tidak mewajibkannya kepada mereka tetapi (mereka sendirilah yang mengada-adakannya) untuk mencari keridhaan Allah, lalu mereka tidak memeliharanya dengan pemeliharaan yang semestinya. Maka Kami berikan kepada orang-orang yang beriman di antara mereka pahalanya dan banyak di antara mereka orang-orang fasik.
[1460] Yang dimaksud dengan Rahbaniyah ialah tidak beristeri atau tidak bersuami dan mengurung diri dalam biara.
Maka dari itu kedua kebudayaan tersebut ini menjadi acuan didalam dunia penafsiran sesuai dengan batasan - batasannya[3]
B. Awal Masuknya Israiliyat dalam Tafsir
Menurut Adz-dzahabi Israiliyat masuk ke dalam tafsir Al-qur’an sejak zaman sahabat. Dalam memahami ayat-ayat Al-qur’an para sahabat pertamakali berpegang pada penjelasan dari Rasulullah SAW terhadap ayat yang ingin dipahami, dan para sahabat juga berusaha memahami ayat tersebut dengan bahasa arab yang mereka miliki.
Dalam peristiwa yang menyangkut masa lalu, seperti kisah umat-umat terdahulu yang mereka tidak menemukannya dengan jelas dalam sabda Rasulullah mereka berusaha menanyakannya kepada para sahabat lain yang meraka dulunya beragama nasrani dan yahudi. Mereka yang disebut terahir ini, berusaha memberikan penjelasan atau penafsiran terhadap ayat tersebut. Yang mana penafsiran tadi masih terpengaruh oleh kebudayaan terdahulu (Israiliyat) [4]
Ibnu Qaldun ( 732 H .1332 M – 808 H. 1406 M ). Sejarah islam menganalisa masuknya israiliyat dalam penafsiran Al-Qur’an diawali oleh keadaan orang arab yang waktu itu mempunyai pola hidup nomaden dan ummiyah ( buta huruf ) mereka tidak banyak tahu tentang bagaimana penciptaan alam semesta ini, kapan dimulai, dan apasaja rahasia-rahasia yang terkandung didalamnya. Karena itu mereka bertanya kepada ahlul kitab ( Yahudi dan Nasrani ) dan kemudian mereka masuk islam tetapi mereka tetap berpegang kepada penafsiran mereka sebelum mereka masuk Islam. Dengan demikian, tafsir-tafsir Al-qur’an dikalangan umat islam dimasuki oleh cerita-cerita israiliyat.
C. Hubungannya dengan Al-qur’an
Menurut Adz-dzahabi setelah melihat pada Taurat dan Injil, ternyata israiliyat yang ada didalamnya juga terkandung dalam Al-qur’an seperti cerita-cerita yang berkaitan dengan para nabi, misalnya nabi Adam, nabi Musa, nabi Isa, dan Mariyam yang lainnya. Itupun hanya sedikit dan sebagai pelengkap saja dari penjelasan Al-qur’an serta harus melalui seleksi yang ketat yang mana tidak bertentangan dengan Al-qur’an dan Hadits, seperti sebagaimana ketika Allah SWT telah selesai menciptakan alam semesta selama enam hari. Maka pada hari ketujuh Allah SWT beristirahat dan menjadikan hari ketujuh itu sebagai hari yang suci. Menurut Adz-dzahabi kisah ini tidak sejalan dengan kemahakuasaan dan kemahaperkasaan Allah SWT. Sebagaimana yang difirmankannya didalam Al-qur’an surat Al-qaaf ayat 38
ô‰s)s9ur $oYø)n=yz ÏNºuq»yJ¡¡9$# uÚö‘F{$#ur $tBur $yJßguZ÷t/ ’Îû ÏpGÅ™ 5Q$ƒr& $tBur $uZ¡¡tB `ÏB 5>qäó—9 ÇÌÑÈ
dan Sesungguhnya telah Kami ciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dalam enam masa, dan Kami sedikitpun tidak ditimpa keletihan.[5]
D. Pandangan Mufasir terhadap Israiliyat
Ulama’ tafsir sepakat menyatakan bahwa kitab israiliyat yang didukung oleh ayat-ayat Al-qur’an atau hadis Rasululah SAW, dapat diterima dalam menafsirkan Al-qur’an, sebaliknya israiliyat yang bertentangan dengan ayat-ayat Al-Qur’an atau hadis nabi tidak dapat diterima. Terdapat perbedaan ulama’ tafsir mengenai israiliyat yang didiamkan oleh syariat islam, artinya tidak ada dalil yang mendukung dan tidak pula yang menolaknya , perbedaan ini muncul akibat ada dalil-dalil yang membolehkan menerima israiliyat dan adapula yang melarangnya.
Menurut Adz-dzahabi dalil-dalil yang melarang pengambilan israiliyat dalam menafsirkan ayat Al-quran adalah sebagai berikuit ;
1. Ayat-ayat Al-qur’an yang menyatakan bahwa orang –orang Yahudi dan Nasrani telah mengubah, mengurangi dan menambahi kandingan kitab suci mereka, misalnya firman Allah SWT dalam surat An-nisa’ ayat 136 yaitu ;
$pkš‰r'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#þqãYtB#uä (#qãYÏB#uä «!$$Î/ ¾Ï&Î!qß™u‘ur É=»tFÅ3ø9$#ur “Ï%©!$# tA¨“tR 4’n?tã ¾Ï&Î!qß™u‘ É=»tFÅ6ø9$#ur ü“Ï%©!$# tAt“Rr& `ÏB ã@ö6s% 4 `tBur öàÿõ3tƒ «!$$Î/ ¾ÏmÏFs3Í´¯»n=tBur ¾ÏmÎ7çFä.ur ¾Ï&Î#ß™â‘ur ÏQöqu‹ø9$#ur ÌÅzFy$# ô‰s)sù ¨@|Ê Kx»n=|Ê #´‰‹Ïèt/ ÇÊÌÏÈ
Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari Kemudian, Maka Sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.
2. Hadits yang diriwayatkan oleh Bukhori yaitu ; Jangan kamu membenarkan Ahlu kitab dan jangan pula kamu mendustakan mereka. Akan tetapi katakanlah olehmu kami beriman kepada Allah SWT dan apa yang diturunkan kepada kami.
Selanjutnya Adz-dzahabi mengemukakan dalil yang membolehkan menggunakan israiliyat dalam menafsirkan Al-qur’an adalah sebagai berikut ;
- Firman Allah dalam surat Yunus ayat 94
bÎ*sù |MZä. ’Îû 7e7x© !$£JÏiB !$uZø9t“Rr& šø‹s9Î) È@t«ó¡sù šúïÏ%©!$# tbrâätø)tƒ |=»tFÅ6ø9$# `ÏB y7Î=ö6s% 4 ô‰s)s9 š‚uä!%y` ‘,ysø9$# `ÏB šÎi/¢‘ Ÿxsù £`tRqä3s? z`ÏB tûïÎŽtIôJßJø9$# ÇÒÍÈ
Maka jika kamu (Muhammad) berada dalam keragu-raguan tentang apa yang Kami turunkan kepadamu, Maka Tanyakanlah kepada orang-orang yang membaca kitab sebelum kamu. Sesungguhnya telah datang kebenaran kepadamu dari Tuhanmu, sebab itu janganlah sekali-kali kamu temasuk orang-orang yang ragu-ragu.
Ayat ini membolehkan Rasulullah SAW bertanya kepada ahlukitab, kebolehan itu juga berlaku buat umatnya.
- Dalam sebuah riwayat dari Abdullah bin Amr bin ‘As (W. 65 H) yang diriwayatkan Imam Bukhari, Rasulullah SAW bersabda : Sampaikanlah apa-apa yang datang dariku , walaupun satu ayat. Dan ceritakanlah tentang bani israil dan jangan merasa kesulitan, siapa yang mendustaiku secara sengaja maka tempatnya dineraka
Dalam mengkompromikan kedua pendapat tersebut, Adz-dzahabi memberikan jalan keluarnya. Menurutnya ayat atau hadis yang membolehkan merujuk sumber islailitay harus ditafsirkan israiliyat itu sesuai dengan syariat. Tetapi sebaliknya apabila israiliyat bertentangan dengan syariat maka umat islam harus bersikap tawakuf artinya tidak membenarkan dan tidak mendustakannya.
E. Macam cerita Israiliyat dan dampaknya dalam penafsiran Al-Quran
Macam cerita Israiliyat ada tiga yaitu :
1. cerita tersebut diketahui kesahihannya yakni sudah dinukil dari nabi Muhammad SAW seperti penentuan nama sahabat nabi musa yaitu nabi khidir, beliau nabi Muhammad dengan jelas menyebut dengan lisannya pada nama tersebut
2. Cerita yang sudah jelas kebohongannya, yakni cerita tersebut menyimpang dari syariat dan tidak bias diterima oleh akal.
3. Cerita yang didiamkan syariat Islam, yakni tidak seperti pada bagian pertama dan kedua maka boleh diriwayatkan apaadanya tanpa membenarkan atau mendustakannya
Dampak Israiliyat dalam penafsiran Al-Quran;
1. Dapat Merusak akidah
2. Dapat memberikan gambaran seakan-akan agama islam itu khurafat dan tahayul yang menyesatkan.
3. Dapat menghilangkan kepercayaan terhadap ulama’-ulama’ shalaf yang shaleh daik dari kalangan sahabat maupun tabiin
4. Dapat memalingkan perhatian manusia dari maksud diturunkannya Al-quran menuju kepada pembahasan yang samasekali tidak berfaedah dan hanya membuang-buang waktu
5. Dapat menimbulkan sikap apriori terhadap hamper semua tafsir, terutama tafsir tafsir masa awal dikalangan sebagian peminat ilmu tafsir.[6]
III. PENUTUP
Israiliyat merupakan salah satu sumber dalam penafsiran, akan tetapi tidak semua israiliyat bisa diterima dalam dunia penafsiran karena ada batasan batasan tertentu yang termasuk dalam katagori diterima dan tidaknya israiliyat tersebut
IV. DAFTAR PUSTAKA
Adz-dzahabi, Tafsir Wal Mufassirun
Ensiklopedi Islam
Dr. Usman, M.Ag. Ilmu Tafsir. Cetakan I. Penerbit Teras Yogyakarta 2009
Prof. DR. H. Syafe’I, Rachmat MA. Pengantar Ilmu Tafsir. Pustaka Setia Bandung cet I 2006.
[1] Prof. DR. H. Rachmat Syafe’I MA. Pengantar Ilmu Tafsir. Pustaka Setia Bandung cet I 2006. hal 103
[2] Ensiklopedi Islam, hal, 775
[3] Adz-dzahabi, Tafsir Wal Mufasirun. Jus 1 hal 165
[4] Ibid, hal 774
[5] Ensiklopedia. Opcit, hal 757
[6] Dr. Usman, M.Ag. Ilmu Tafsir. Cetakan I. Penerbit Teras Yogyakarta 2009. hal 66