I. PENDAHULUAN
Didalam Surat Al-Baqorah 62, Al-Maidah 69, Al-Hajj 17 terdapat suatu tuntutan bagi menegakkan jiwa, untuk seluruh orang yang percaya kepada Allah. Baik dia bernama mukmin, atau muslim pemeluk agama Islam, yang telah mengakui kerasulan Muhammad SAW atau orang yahudi, Nasrani dan Shabi’in.
Disini kita bertemu syarat yang mutlak, syarat pertama iman kepada Allah dan Hari Pembalasan, sebagai inti ajaran dari sekalian agama. Syarat pertama itu belum cukup kalau belum dipenuhi dengan syarat yang kedua, yaitu beramal yang shalih, atau berbuat pekerjaan-pekerjaan yang baik, yang berfaedah dan bermanfaat baik untuk diri sendiri ataupun masyarakat[1]
Dalam kesempatan kali ini kita akan mengulas ayat-ayat tersebut yang menjelaskan apakah orang kafir masuk surga?
II. PEMBAHASAN
A. Pengertian Kafir Secara lughawi
A. Pengertian Kafir Secara lughawi
lafal kafir berasal dari akar kata kufr yang berarti menyembunyikan atau menutupi (sirrun). Allah swt berfirman dalam surat al-Hadid ayat 20, yang di dalamnya menyebutkan para petani sebagai kuffar (jamak dari kafir) yaitu: كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ Artinya: “Seperti perumpamaan hujan yang membuat para petani kagum oleh tanaman yang ditumbuhkannya.” Para petani disebut kuffar karena pekerjaan mereka menyembunyikan atau menutupi biji-bijian di dalam tanah supaya tumbuh. Jika diperhatikan pengertian secara lughawi itu kemudian dibandingkan dengan penggunaannya secara istilahi terhadap orang-orang yang ingkar dan tidak mau mengakui kebenaran ajaran Allah, maka terlihat ada semacam korelasi antara kedua kondisi itu: yakni “petani” karena pekerjaannya selalu menanam (menyembunyikan). Jadi kafir adalah seorang yang ingkar dan tak mau mengakui kebenaran Agama Allah yang disampaikan Rasul, juga disebut kafir karena dia selalu menutup hatinya rapat-rapat sehingga tak dapat masuk ke dalamnya kebenaran sedikitpun. Inilah yang digambarkan Allah dalam surat al-Baqarah ayat 6-7: إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا سَوَاءٌ عَلَيْهِمْ أَأَنْذَرْتَهُمْ أَمْ لَمْ تُنْذِرْهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ () خَتَمَ اللَّهُ عَلَى قُلُوبِهِمْ وَعَلَى سَمْعِهِمْ وَعَلَى أَبْصَارِهِمْ غِشَاوَةٌ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ Artinya: “Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak akan beriman.() Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat.” [2]
B. Kafir menurut Al-Qur’an
1. Kafir Mulhid: seseorang yang tidak mengakui eksistensi Allah swt dengan hati dan lidahnya. Seperti yang digambarkan Allah swt dalam surat Hud ayat 60 berikut: وَأُتْبِعُوا فِي هَذِهِ الدُّنْيَا لَعْنَةً وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ أَلَا إِنَّ عَادًا كَفَرُوا رَبَّهُمْ أَلَا بُعْدًا لِعَادٍ قَوْمِ هُودٍ Artinya: ”Dan mereka selalu diikuti dengan kutukan di dunia ini dan (begitu pula) di hari kiamat. Ingatlah, sesungguhnya kaum Ad itu kafir kepada Tuhan mereka. Ingatlah, kebinasaanlah bagi kaum Ad (yaitu) kaum Hud itu.”
2. Kafir Mungkir: seseorang yang tidak mengakui Nabi dengan hati dan lidahnya. Seperti tercantum di dalam surat al-Qamar ayat 13-14 berikut: وَحَمَلْنَاهُ عَلَى ذَاتِ أَلْوَاحٍ وَدُسُرٍ () تَجْرِي بِأَعْيُنِنَا جَزَاءً لِمَنْ كَانَ كُفِرَ Artinya: “Dan Kami angkut Nuh ke atas (bahtera) yang terbuat dari papan dan paku, () Yang berlayar dengan pemeliharaan Kami sebagai balasan bagi orang-orang yang diingkari (Nuh).”
3. Kafir Musyrik: seseorang yang tidak mengakui ke-Esaan Allah swt, mengakui tuhan yang banyak. Sebagaimana telah ditegaskan Allah dalam surat al-Maidah ayat 73 berikut: لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ ثَالِثُ ثَلَاثَةٍ وَمَا مِنْ إِلَهٍ إِلَّا إِلَهٌ وَاحِدٌ وَإِنْ لَمْ يَنْتَهُوا عَمَّا يَقُولُونَ لَيَمَسَّنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ Artinya: “Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: "Bahwasanya Allah salah satu dari yang tiga", padahal sekali-kali tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir di antara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih.”
4. Kafir Munafiq: seseorang yang pada lahirnya ia beriman kepada Allah (mukmin) tapi di dalam hati ia kafir (ingkar). Orang semacam ini diancam oleh Allah dengan adzab yang paling pedih dengan menempatkannya di dasar neraka yang paling bawah, seperti ditegaskan oleh Allah di dalam surat an-Nisa’ ayat 45 berikut: وَاللَّهُ أَعْلَمُ بِأَعْدَائِكُمْ وَكَفَى بِاللَّهِ وَلِيًّا وَكَفَى بِاللَّهِ نَصِيرًا Artinya: “Dan Allah lebih mengetahui (daripada kamu) tentang musuh-musuhmu. Dan cukuplah Allah menjadi Pelindung (bagimu). Dan cukuplah Allah menjadi Penolong (bagimu).” [3]
5. Kafir Fasiq: seseorang yang pada hatinya ia beriman kepada Allah (mukmin) tapi pada lahirnya ia kafir (ingkar), akan tetapi ia enggan memeluk agama Islam. Seperti kafirnya Abu Tholib sebagaimana terlihat nyata di dalam ucapannya berikut: “Demi sesungguhnya saya telah mengetahui bahwa agama Muhammad itu ialah agama terbaik bagi manusia seandainya tidaklah karena takut celaan atau makian, niscaya kau akan mendapatiku seorang yang patuh dan taat beragama Islam.”
C. Analisis Ayat al-Qur’an tentang orang kafir
Pembahasan kali ini akan dipusatkan pada penafsiran ayat-ayat al-Qur’an berikut ini: Surat al-Hajj ayat 17:
¨bÎ) tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä tûïÏ%©!$#ur (#rß$yd tûüÏ«Î7»¢Á9$#ur 3t»|Á¨Y9$#ur }¨qàfyJø9$#ur tûïÏ%©!$#ur (#þqà2uõ°r& ¨bÎ) ©!$# ã@ÅÁøÿt óOßgoY÷t/ tPöqt ÏpyJ»uÉ)ø9$# 4 ¨bÎ) ©!$# 4n?tã Èe@ä. &äóÓx« îÍky ÇÊÐÈ
Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi, orang-orang Shaabi-iin[983] orang-orang Nasrani, orang-orang Majusi dan orang-orang musyrik, Allah akan memberi keputusan di antara mereka pada hari kiamat. Sesungguhnya Allah menyaksikan segala sesuatu.
[983] Syafa'at: usaha perantaraan dalam memberikan sesuatu manfaat bagi orang lain atau mengelakkan sesuatu mudharat bagi orang lain. syafa'at yang tidak diterima di sisi Allah adalah syafa'at bagi orang-orang kafir.
Surat al-Baqarah ayat 62:
¨bÎ) tûïÏ%©!$# (#qãYtB#uä úïÏ%©!$#ur (#rß$yd 3t»|Á¨Z9$#ur úüÏ«Î7»¢Á9$#ur ô`tB z`tB#uä «!$$Î/ ÏQöquø9$#ur ÌÅzFy$# @ÏJtãur $[sÎ=»|¹ öNßgn=sù öNèdãô_r& yYÏã óOÎgÎn/u wur ì$öqyz öNÍkön=tæ wur öNèd cqçRtøts ÇÏËÈ
Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin[56], siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah[57], hari kemudian dan beramal saleh[58], mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran kepada mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
[56] Shabiin ialah orang-orang yang mengikuti syari'at nabi-nabi zaman dahulu atau orang-orang yang menyembah bintang atau dewa-dewa.
[57] Orang-orang mukmin begitu pula orang Yahudi, Nasrani dan Shabiin yang beriman kepada Allah Termasuk iman kepada Muhammad s.a.w., percaya kepada hari akhirat dan mengerjakan amalan yang saleh, mereka mendapat pahala dari Allah.
[58] Ialah perbuatan yang baik yang diperintahkan oleh agama Islam, baik yang berhubungan dengan agama atau tidak.
Surat al-Maidah ayat 69:
¨bÎ) úïÏ%©!$# (#qãYtB#uä úïÏ%©!$#ur (#rß$yd tbqä«Î6»¢Á9$#ur 3t»|Á¨Y9$#ur ô`tB ÆtB#uä «!$$Î/ ÏQöquø9$#ur ÌÅzFy$# @ÏJtãur $[sÎ=»|¹ xsù ì$öqyz óOÎgøn=tæ wur öNèd tbqçRtøts ÇÏÒÈ
Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, Shabiin dan orang-orang Nasrani, siapa saja[431] (diantara mereka) yang benar-benar saleh, Maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.[4]
[431] Orang-orang mukmin begitu pula orang Yahudi, Nasrani dan Shabiin yang beriman kepada Allah Termasuk iman kepada Muhammad s.a.w., percaya kepada hari akhirat dan mengerjakan amalan yang saleh, mereka mendapat pahala dari Allah.
Menurut Ibnu Katsir tentang surat al-Hajj ayat 17 ialah Allah swt memberitakan agama yang bermacam-macam antara lain Mu’min dan yang lain adalah Yahudi, Shobian, Nashoro, Majusi dan orang-orang syirik yang menyembah Allah bersamaan dengan selain-Nya[5]. Begitu juga dengan tafsir Jaalalain yang menafsirkan يَفْصِلُ بَيْنَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ artinya Allah swt memasukkan orang Mu’min ke surga dan memasukkan lainnya ke Neraka. Kemudian tafsir jaalalain menjelaskan surat al-Baqarah ayat 62: sesungguhnya orang-orang mukmin beriman kepada Nabi Muhammad dan Nashoro dan Shobian adalah kelompok dari Yahudi dan Nashrani. Siapa diantara mereka yang beriman kepada Allah swt dan hari akhir pada zaman Nabi kita beramal kebaikan dengan syariatnya Nabi Muhammad, bagi mereka pahala atas perbuatan mereka. مَنْ آَمَنَ بِاللَّهِ berarti menurutnya keimanan yang dimaksud ialah keimanan kepada Nabi Muhammad dan mengikuti syariatnya bukan yang lainnya.[6]
D. Kepentingn Allah memasukkan orang kafir ke neraka
Allah swt memasukkan orang mu’min ke dalam surga dan memasukkan orang kafir ke dalam neraka. Menurut saya, pernyataan itu bukan sekedar janji belaka, namun di balik janji itu ada sebuah kepentingan Allah swt dalam memasukkan orang mu’min ke dalam surga dan memasukkan orang kafir ke dalam neraka. Kepentingan itu ialah Allah swt ingin melihat seberapa banyak orang yang mu’min dan tidak mu’min dan juga Allah swt ingin menguji manusia siapa yang berlomba-lomba dalam kebaikan (amal sholeh) pada jalan yang diridhoi Allah swt. Karena Allah swt tidak membuat manusia dalam satu umat yang dirodhoi Allah. Seperti yang tercantum dalam firman Allah surat al-Maidah ayat 48 sebagi berikut: وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَجَعَلَكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلَكِنْ لِيَبْلُوَكُمْ فِي مَا آَتَاكُمْ فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ إِلَى اللَّهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيعًا فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ Artinya: “Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu.” Melainkan Allah membuat banyak agama dan Allah memberikan kebebasan kepada umatnya dalam memeluk agama-agama tersebut. Namun jika ingin mendapat respon dari Allah, maka kita harus mengikuti apa yang diridhoi Allah. Allah tidak ingin mempengaruhi manusia untuk masuk surga dan tidak melarang untuk masuk neraka, tetapi jika kita salah memilih, maka kita akan mendapatkan ganjaran yang salah pula. Jadi menurut saya, kepentingan Allah swt dalam memasukkan orang mu’min ke dalam surga dan memasukkan orang kafir ke dalam neraka adalah Allah ingin menguji manusia siapa yang berlomba-lomba dalam kebaikan (amal sholeh) pada jalan yang diridhoi Allah swt dan pada jalan yang telah ditunjukkan oleh Allah swt. Dan yang dimaksud dengan berlomba-lomba dalam kebaikan (amal sholeh) disini adalah kebaikan (amal sholeh) yang dilakukan dengan ikhlas hanya kepada Allah, yang selanjutnya akan dibarengi dengan iman kepada Allah.
III. PENUTUP
Dalam Ayat ini terdapat nama dari empat golongan yaitu; orang yang beriman, orang-orang yang jadi yahudi, orang-orang Nasrani, orang-orang Shabi’in. dan dalam ayat ini dikumpulkanlah keempat golongan ini menjadi satu. Bahwa mereka semuanya tidak merasai ketakutan asal saja mereka sudi beriman kepada Allah dan hari Akhirat golongan itu diikuti oleh amal yang shalih. Dan keempat-empatnya lalu iman kepada Allah dan Hari Akhirat itu akan mendapat ganjaran disisi Tuhan mereka
Ayat ini sudah jelas menganjurkan persatuan agama, jangan agama dipertahankan sebagai suatu golongan, melainkan hendaklah selalu menyiapkan jiwa mencari dengan otak dingin, manakala dia hakikat kebenaran , iman kepada allah dan hari Akhirat, diikuti amal yang shalih
[1] Prof.Dr. Hamka.Tafsir Al-Azhar Juz I. PT Pustaka Panjimas, Jakarta, cet Nov 2008, hal 265
[2] http://el-fathne.blogspot.com/2010/05/orang-kafir-masuk-surga.html diakses pada tgl 14 – 12 - 2010
[3] http://el-fathne.blogspot.com/2010/05/orang-kafir-masuk-surga.html diakses pada tgl 14 – 12 - 2010
[4] Al-Qur’an Karim, Departemen Agama, Jakarta
[5] Abu al-Fida Ismail ibn Katsir Ad-Damsyiqi, Tafsir al-Qur’an al-‘Adzim. Beirut: Darul Fikr. 1997 hal 176
[6]Jalaluddin Abu Bakar As-Suyuthi. Tafsir al-Qur’an al-‘Adzim li al-Imam Jalalain. Jakarta: Karya Insan Indonesia. jilid I hal 231